Menurut Dr.Widodo Judarwanto :
infeksi parasit cacing bukan hanya mengganggu saluran
cerna. Beberapa kasus menunjukkan bahwa cacing bisa mengancam masuk ke otak
manusia. Bila hal ini terjadi gangguan yang timbu cukup berat mulai dari sakit
kepala berat, kejang, gangguan kesadaran hingga yang lebih fatal berupa ancaman
jiwa. Cacing berukuran 23 cm ditemukan di otak wanita muda di Cina. Cacing
tersebut berhasil diangkat setelah operasi otak penderita wanita di Provinsi
Jiangsu, Cina. Enam bulan sebelumnya, wanita tersebut mengalami keluhan sakit
kepala dan kejang sehingga didiagnosis epilepsi. Dalam pemeriksaan
darah dicurigai terinfeksi parasit dalam tubuhnya. Pemeriksaan CT juga
menunjukkan titik yang misterius terdapat di otaknya. Sekitar enam bulan
kemudian, karena kejang-kejang tidak terkendali, pasien itu menjalani operasi.
Saat operasi, tim dokter menemukan granuloma, tipe khusus peradangan, di otak
pasien. Dokter menduga itu penyebab epilepsi yang diderita pasien. Ternyata
secara mengejutkan do dalam granuloma tersebut ditemukan cacing parasit
sepanjang 23 centimeter yang diduga sebagai penyebab epilepsi. Para ahli
mengatakan cacing parasit kemungkinan masuk ke otak setelah pasien memakan
makanan yang mengandung telur cacing tersebut. Namun, asal cacing itu hingga
kini belum diketahui. Sementara itu Rosemary Alvarez dari Arizona, AS, juga
mengalami hal yang serupa. Saat operasi ditemukan cacing pada otaknya yang
sebelumnya diduga sebuah tumor. Tindakan operasi itu dilakukan setelah dia
mengalami kelumpuhan pada salah satu lengannya dan kemerosotan pada fungsi
penglihatan. Pasien itu kemudian menjalani pemeriksaan CT Scan dan para dokter
menemukan indikasi tumor. Namun, dari pemeriksaan MRI, para dokter meragukan
diagnosa tumor di dalam otak pasien mereka itu. Beberapa dokter itu akhirnya
memutuskan mengadakan operasi dan menemukan cacing yang sedang bergerak masuk
ke dalam otak Alvarez. Setelah cacing berhasil dikeluarkan dari otak Alvarez,
dokter bedah syaraf Dr Peter Nakaji mengaku mereka yang berada di ruang operasi
merasa terheran-heran dengan penemuan itu. Cacing itu berada di dalam batang
otaknya yang sangat dalam untuk dijangkau. Belum dapat diketahui secara pasti
bagaimana cacing itu bisa berada di dalam otak Alvarez. Beberapa dokter
berpendapat cacing itu bisa saja berasal dari dari daging babi yang tak dimasak
hingga matang atau karena kebiasaan tak mencuci tangan setelah menggunakan
toilet. Penyakit Cacing Sekitar 60% anak Indonesia mengalami infeksi cacing.
Kelompok umur terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen
itu, 21 persen di antaranya menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan
cacing per orang enam ekor. Data tersebut diperoleh melalui survei dan
penelitian yang dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2006. Hasil
penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan
prevalensi antara 2,2 persen hingga 96,3 persen. Sekitar 220 juta penduduk
Indonesia cacingan, dengan kerugian lebih dari Rp 500 miliar atau setara dengan
20 juta liter darah per tahun. Penderita tersebar di seluruh daerah, baik di
pedesaan maupun perkotaan. Karena itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini. Cacing Pita atau Taenia adalah salah satu cacing
yang dapat mengkontaminasi otak manusia. Taenia merupakan salah satu marga
cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas
Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku Taeniidae. Anggota-anggotanya
dikenal sebagai parasit vertebrata penting yang menginfeksi manusia, babi,
sapi, dan kerbau. Cacing pita khususnya dapat menimbulkan penyakit yang disebut
taeniasis dan sistiserkosis. Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek
yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam tubuh. Manusia dapat terjangkit
satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda.
Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak atau disebut
neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit . Dampak kesehatan yang
paling ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing (Taenia) yaitu
neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian. Neurosistiserkosis adalah
infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva (Taenia solium).
Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik pada manusia
yang muda maupun setengah baya, epilepsi dan kelainan pada tengkorak.
Sistiserkosis merupakan penyebab 1% kematian pada rumah sakit umum di Meksiko
City dan penyebab 25% tumor dalam otak. Cacing masuk ke dalam tubuh manusia
lewat makanan atau minuman yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing
perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga
yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat berbagai
cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk
lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air
yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik
ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang
menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan
di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia.
Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke
dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap
habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk
membangun otak. Cacing dapat berkembang di bagian usus 12 jari di tubuh
manusia, dan beberapa bulan cacing itu akan menjadi dewasa. Jumlah cacing pita
bisa mencapai sekitar 1000 ekor dengan panjang antara 4 – 10 meter, dan terus
hidup di tubuh manusia dan mengeluarkan telurnya melalui BAB (buang air besar).
Ketika seseorang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi parasit cacing atau
telor cacing, maka larva yang ada di dalamnya akan menjadi cacing dalam perut
manusia. Cacing ini akan menyebabkan seseorang merasa lemah, letih. Dan
kekurangan vitamin B-12 yang menyebabkan terjadinya kekurangan darah, terkadang
bisa menyebabkan munculnya penyakit pada syaraf otak, semisal dis-fungsi syaraf
pusat. Larva-larva pada sebagian keadaan bisa mencapai otak dan menyebabkan
terjadinya “sawan” atau naiknya tekanan dalam syaraf, pusing yang sangat, atau
bahkan bisa menyebabkan lumpuh. Ketika cacing ini sampai di usus 12 jari, maka
akan keluar larva yang sangat banyak setelah 4 atau 5 hari dan kemudian masuk
ke dalam dinding lambung. Kemudian iamasuk ke dalam darah, kemudian masuk ke
sebagian besar jaringan organ tubuh. Larva kemudian berjalan persendian dan
menjadi besar Maka orang tersebut akan menderita sakit seperti nyeri otot yang
sangat. Terkadang penyakit itu berkembang hingga terjadi dis-fungsi kerja otak,
dis-fungsi otot jantung dan paru-paru, ginjal, syaraf pusat. Dan terkadang
penyakit ini bisa menyebabkan kematian, dan ini kecil persentasenya. Cacing
pita dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang definitif.
Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif
dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia. Bila
inang definitif (manusia) maupun inang antara (sapi dan babi) menelan telur
maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian
menembus dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi darah limfe
berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam otot
tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung,
diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang
rusuk. Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis.
Taeniasis adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong
dalam genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya.
Taeniasis pada manusia disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal
dengan cacing pita babi, sementara Taenia saginata dikenal juga sebagai cacing
pita sapi. Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva
Taenia (sistiserkus) akibat termakan telur cacing (Taenia solium) (cacing pita
babi). Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia,
sedangkan cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia.
Sedangkan kemampuan (Taenia asiatica) dalam menyebabkan sistiserkosis belum
diketahui secara pasti. Terdapat dugaan bahwa (Taenia asiatica) merupakan
penyebab sistiserkosis di Asia. Manusia terkena taeniasis apabila memakan
daging sapi atau babi yang setengah matang yang mengandung sistiserkus sehingga
sistiserkus berkembang menjadi (Taenia) dewasa dalam usus manusia.
Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan makanan atau minuman yang
mengandung telur (Taenia solium). Hal ini juga dapat terjadi melalui
proses infeksi sendiri oleh individu penderita melalui pengeluaran dan
penelanan kembali makanan Cacing pita dapat menimbulkan penyakit yang disebut
taeniasis dan sistiserkosis. Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah
pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya, gatal-gatal pada anus, mual,
pusing, peningkatan nafsu makan, sakit kepalaan diarea, lemah, merasa lapar,
sembelit, penurunan berat badan, rasa tidak enak di lambung, letih, muntah,
tidak ada selera makan saat lapar, pegal-pegal pada otot, nyeri di perut,
mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan gangguan
pernafasan Pencegahan yang paling baik adalah menjaga higiena sanitasi pribadi.
Salah satunya adalah melakukan cuci tangan yang baik dan benar saat hendak
makan. Mencuci tangan yang benar adalah dengan air mengalir dn menggunakan
sabun dalam waktu minimal 30-60 detik. Kotoran seringkali bersembunyi di bawah
ujung kuku. Memotong kuku pendek secata rutin juga dapat mencegah kontaminasi
cacing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar