Kamis, 08 Agustus 2019

Hati - Hati !! Ternyata Cacing Bisa Masuk Ke Otak Manusia

Menurut Dr.Widodo Judarwanto :

infeksi parasit cacing bukan hanya mengganggu saluran cerna. Beberapa kasus menunjukkan bahwa cacing bisa mengancam masuk ke otak manusia. Bila hal ini terjadi gangguan yang timbu cukup berat mulai dari sakit kepala berat, kejang, gangguan kesadaran hingga yang lebih fatal berupa ancaman jiwa. Cacing berukuran 23 cm ditemukan di otak wanita muda di Cina. Cacing tersebut berhasil diangkat setelah operasi otak penderita wanita di Provinsi Jiangsu, Cina. Enam bulan sebelumnya, wanita tersebut mengalami keluhan sakit kepala dan kejang sehingga didiagnosis epilepsi. Dalam pemeriksaan darah dicurigai terinfeksi parasit dalam tubuhnya. Pemeriksaan CT juga menunjukkan titik yang misterius terdapat di otaknya. Sekitar enam bulan kemudian, karena kejang-kejang tidak terkendali, pasien itu menjalani operasi. Saat operasi, tim dokter menemukan granuloma, tipe khusus peradangan, di otak pasien. Dokter menduga itu penyebab epilepsi yang diderita pasien. Ternyata secara mengejutkan do dalam granuloma tersebut ditemukan cacing parasit sepanjang 23 centimeter yang diduga sebagai penyebab epilepsi. Para ahli mengatakan cacing parasit kemungkinan masuk ke otak setelah pasien memakan makanan yang mengandung telur cacing tersebut. Namun, asal cacing itu hingga kini belum diketahui. Sementara itu Rosemary Alvarez dari Arizona, AS, juga mengalami hal yang serupa. Saat operasi ditemukan cacing pada otaknya yang sebelumnya diduga sebuah tumor. Tindakan operasi itu dilakukan setelah dia mengalami kelumpuhan pada salah satu lengannya dan kemerosotan pada fungsi penglihatan. Pasien itu kemudian menjalani pemeriksaan CT Scan dan para dokter menemukan indikasi tumor. Namun, dari pemeriksaan MRI, para dokter meragukan diagnosa tumor di dalam otak pasien mereka itu. Beberapa dokter itu akhirnya memutuskan mengadakan operasi dan menemukan cacing yang sedang bergerak masuk ke dalam otak Alvarez. Setelah cacing berhasil dikeluarkan dari otak Alvarez, dokter bedah syaraf Dr Peter Nakaji mengaku mereka yang berada di ruang operasi merasa terheran-heran dengan penemuan itu. Cacing itu berada di dalam batang otaknya yang sangat dalam untuk dijangkau. Belum dapat diketahui secara pasti bagaimana cacing itu bisa berada di dalam otak Alvarez. Beberapa dokter berpendapat cacing itu bisa saja berasal dari dari daging babi yang tak dimasak hingga matang atau karena kebiasaan tak mencuci tangan setelah menggunakan toilet. Penyakit Cacing Sekitar 60% anak Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21 persen di antaranya menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor. Data tersebut diperoleh melalui survei dan penelitian yang dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2006. Hasil penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan prevalensi antara 2,2 persen hingga 96,3 persen. Sekitar 220 juta penduduk Indonesia cacingan, dengan kerugian lebih dari Rp 500 miliar atau setara dengan 20 juta liter darah per tahun. Penderita tersebar di seluruh daerah, baik di pedesaan maupun perkotaan. Karena itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini. Cacing Pita atau Taenia adalah salah satu cacing yang dapat mengkontaminasi otak manusia. Taenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku Taeniidae.  Anggota-anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata penting yang menginfeksi manusia, babi, sapi, dan kerbau. Cacing pita khususnya dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda. Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak atau disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit . Dampak kesehatan yang paling ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing (Taenia) yaitu neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian. Neurosistiserkosis adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva (Taenia solium). Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik pada manusia yang muda maupun setengah baya, epilepsi dan kelainan pada tengkorak. Sistiserkosis merupakan penyebab 1% kematian pada rumah sakit umum di Meksiko City dan penyebab 25% tumor dalam otak. Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak. Cacing dapat berkembang di bagian usus 12 jari di tubuh manusia, dan beberapa bulan cacing itu akan menjadi dewasa. Jumlah cacing pita bisa mencapai sekitar 1000 ekor dengan panjang antara 4 – 10 meter, dan terus hidup di tubuh manusia dan mengeluarkan telurnya melalui BAB (buang air besar). Ketika seseorang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi parasit cacing atau telor cacing, maka larva yang ada di dalamnya akan menjadi cacing dalam perut manusia. Cacing ini akan menyebabkan seseorang merasa lemah, letih. Dan kekurangan vitamin B-12 yang menyebabkan terjadinya kekurangan darah, terkadang bisa menyebabkan munculnya penyakit pada syaraf otak, semisal dis-fungsi syaraf pusat. Larva-larva pada sebagian keadaan bisa mencapai otak dan menyebabkan terjadinya “sawan” atau naiknya tekanan dalam syaraf, pusing yang sangat, atau bahkan bisa menyebabkan lumpuh. Ketika cacing ini sampai di usus 12 jari, maka akan keluar larva yang sangat banyak setelah 4 atau 5 hari dan kemudian masuk ke dalam dinding lambung. Kemudian iamasuk ke dalam darah, kemudian masuk ke sebagian besar jaringan organ tubuh. Larva kemudian berjalan persendian dan menjadi besar Maka orang tersebut akan menderita sakit seperti nyeri otot yang sangat. Terkadang penyakit itu berkembang hingga terjadi dis-fungsi kerja otak, dis-fungsi otot jantung dan paru-paru, ginjal, syaraf pusat. Dan terkadang penyakit ini bisa menyebabkan kematian, dan ini kecil persentasenya. Cacing pita dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang definitif. Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia.  Bila inang definitif (manusia) maupun inang antara (sapi dan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam otot tertentu.  Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk. Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis. Taeniasis adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya. Taeniasis pada manusia disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi, sementara Taenia saginata dikenal juga sebagai cacing pita sapi. Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat termakan telur cacing (Taenia solium) (cacing pita babi).  Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sedangkan kemampuan (Taenia asiatica) dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. Terdapat dugaan bahwa (Taenia asiatica) merupakan penyebab sistiserkosis di Asia. Manusia terkena taeniasis apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah matang yang mengandung sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi (Taenia) dewasa dalam usus manusia.  Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan makanan atau minuman yang mengandung telur (Taenia solium).  Hal ini juga dapat terjadi melalui proses infeksi sendiri oleh individu penderita melalui pengeluaran dan penelanan kembali makanan Cacing pita dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya, gatal-gatal pada anus, mual, pusing, peningkatan nafsu makan, sakit kepalaan diarea, lemah, merasa lapar, sembelit, penurunan berat badan, rasa tidak enak di lambung, letih, muntah, tidak ada selera makan saat lapar, pegal-pegal pada otot, nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan gangguan pernafasan Pencegahan yang paling baik adalah menjaga higiena sanitasi pribadi. Salah satunya adalah melakukan cuci tangan yang baik dan benar saat hendak makan. Mencuci tangan yang benar adalah dengan air mengalir dn menggunakan sabun dalam waktu minimal 30-60 detik. Kotoran seringkali bersembunyi di bawah ujung kuku. Memotong kuku pendek secata rutin juga dapat mencegah kontaminasi cacing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar